Rayap diperkirakan telah hadir di muka bumi ini sejak zaman Mesozoic atau akhir zaman Palaeozoic. Hingga sekarang telah diidentifikasi ada lebih dari 2.500 jenis rayap yang tersebar di seluruh dunia. Penyebaran rayap ini berhubungan dengan temperatur dan curah hujan. Rayap hidup di dataran rendah tropis dan hanya sedikit yang bertahan di dataran tinggi.
Daerah sebaran rayap hampir di seluruh wilayah Indonesia meliputi Pulau Sumatra, Jawa, Bali, Kalimantan, Sulawesi, dan Papua. Dari 2.500 spesies atau jenis yang ada di dunia, sudah ditemukan tidak kurang dari 200 spesies rayap dari berbagai genus di Indonesia sampai dengan tahun 1970 (Tarumingkeng, 1971).
Rayap yang merupakan serangga berukuran kecil ini hidup berkelompok dengan sistem kasta yang berkembang biak dengan sempurna. Serangga ini masuk dalam ordo Isoptera (dari bahasa Yunani: iso = sama; ptera = sayap).
Sebenarnya secara alamiah rayap bukanlah musuh, tetapi merupakan bagian siklus yang dapat membantu manusia untuk menjaga keseimbangan alam dengan cara menghancurkan kayu menjadi unsur hara dalam tanah secara biotik. Namun, karena perubahan kondisi alam dan aktivitas manusia yang kurang menjaga lingkungannya maka rayap pun berubah status menjadi musuh yang merugikan.
Di daerah Jakarta dan sekitarnya, misalnya, dahulu rayap sering ditemukan pada daerah bekas perkebunan yang membentang dari Jakarta Selatan, Depok, hingga Bogor karena tanahnya subur. Namun, sekarang rayap sudah banyak ditemukan di daerah Ancol (Jakarta Utara). Ini terjadi karena di wilayah ini dilakukan reklamasi pantai atau pekerjaan pembangunan dengan meninggikan peil bangunannya menggunakan tanah dari daerah yang tadinya terserang rayap. Akibatnya, serangan rayap pun tak dapat dihindarkan dan semakin cepat.
Pada kondisi ideal, satu koloni rayap yang memiliki 60.000 rayap pekerja akan mampu mengonsumsi habis kayu pinus sepanjang 40 cm berukuran 2 cm x 4 cm selama 118-157 hari (Kamble, 1997). Itulah sebabnya rayap mampu menimbulkan kerusakan cukup besar pada struktur bangunan gedung dalam kurun waktu sekitar 3-8 tahun.
Rayap memakan tanaman, pohon, kayu, serta bahan makanan lain seperti humus, rumput, dan jamur. Bahan-bahan tersebut merupakan sumber makanan yang mengandung selulosa. Rayap hidup di tempat yang temperaturnya hangat serta karakteristik tanahnya subur. Kisaran temperatur yang disukai rayap adalah 21,1-26,6 °C dan kelembapan optimal 95-98 persen. Tidak mengherankan bila di Indonesia menjadi istana rayap karena temperatur udara antara 25,7-28,9 °C dan kelembapan 84-98 persen.
Dengan memperhatikan kesukaan rayap tersebut maka pemilihan bahan komponen bangunan dan perencanaan konstruksinya harus mempertimbangkan kondisi perkembangan rayap di lokasi tersebut. Antisipasi terhadap rayap di bawah tanah harus dilakukan rekayasa bangun dengan konstruksi fondasi, dinding, dan beton yang baik agar rayap tidak dapat menyerang kusen pintu dan bahan kayu lain melalui celah yang tidak dapat dilihat langsung oleh kasat mata.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar