Jakarta Penguatan pertahanan negara lewat peningkatan pengadaan alat utama sistem persenjataan (alutsista) terus dilakukan pemerintah. Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro mengatakan bahkan kekuatan militer Indonesia sudah banyak membuat khawatir banyak negara.
"Saya buka saja, kita sudah banyak mengkhawatirkan negara lain," kata Menhan saat silaturahmi dengan pemimpin redaksi media massa di Gedung Jenderal TNI M Yusuf, Menteng, Jakarta Pusat, Selasa (17/1/2012).
Menhan mengatakan kekhawatiran negara lain itu tidak pas. Sebab, sama seperti China, RI membangun kekuatan militer karena pertumbuhan ekonomi dan pembangunan teknologi yang semakin membaik.
"Pembangunan kesejahteraan dan selalu diikuti dengan pembangunan keamanan," kata Menhan.
Dia menegaskan pengadaan alutsista yang terus dilakukan pemerintah saat ini adalah bukan untuk menyerang negara lain. "Bukan untuk offense, tapi defense. Menjaga kedaulatan kita," ujarnya.
Penjagaan kedaulatan itu, kata Menhan, bisa dilihat saat pesawat Sukhoi TNI AU menghimpit pesawat Wakil Perdana Menteri Papua Nugini. Hal itu dilakukan karena memang pesawat negara tetangga itu tidak mempunyai clearance.
"Kalau saya di lapangan, tidak ada clearance, ya saya perintahkan untuk terbang," ujarnya.
Menhan memaparkan, di darat TNI AD sudah memiliki batalyon infantri terbesar se-ASEAN, yakni 100 batalyon lebih. Di laut, TNI AL memiliki frigad, dan di udara TNI AU akan memiliki dua skuadron Sukhoi.
Kementerian Pertahanan selama tahun 2009-2014 memiliki anggaran Rp 150 triliun untuk pengadaan alutsista. Rinciannya, Rp 50 triliun untuk pengadaan, Rp 45 triliun untuk perawatan, dan Rp 50 triliun untuk produksi dalam negeri.
DARI:detikNews
"Saya buka saja, kita sudah banyak mengkhawatirkan negara lain," kata Menhan saat silaturahmi dengan pemimpin redaksi media massa di Gedung Jenderal TNI M Yusuf, Menteng, Jakarta Pusat, Selasa (17/1/2012).
Menhan mengatakan kekhawatiran negara lain itu tidak pas. Sebab, sama seperti China, RI membangun kekuatan militer karena pertumbuhan ekonomi dan pembangunan teknologi yang semakin membaik.
"Pembangunan kesejahteraan dan selalu diikuti dengan pembangunan keamanan," kata Menhan.
Dia menegaskan pengadaan alutsista yang terus dilakukan pemerintah saat ini adalah bukan untuk menyerang negara lain. "Bukan untuk offense, tapi defense. Menjaga kedaulatan kita," ujarnya.
Penjagaan kedaulatan itu, kata Menhan, bisa dilihat saat pesawat Sukhoi TNI AU menghimpit pesawat Wakil Perdana Menteri Papua Nugini. Hal itu dilakukan karena memang pesawat negara tetangga itu tidak mempunyai clearance.
"Kalau saya di lapangan, tidak ada clearance, ya saya perintahkan untuk terbang," ujarnya.
Menhan memaparkan, di darat TNI AD sudah memiliki batalyon infantri terbesar se-ASEAN, yakni 100 batalyon lebih. Di laut, TNI AL memiliki frigad, dan di udara TNI AU akan memiliki dua skuadron Sukhoi.
Kementerian Pertahanan selama tahun 2009-2014 memiliki anggaran Rp 150 triliun untuk pengadaan alutsista. Rinciannya, Rp 50 triliun untuk pengadaan, Rp 45 triliun untuk perawatan, dan Rp 50 triliun untuk produksi dalam negeri.